Setidaknya ada tiga alasan seorang perempuan menjadi single parent atau single mom di dunia ini.
Pertama, suaminya meninggal dunia, kedua perceraian, dan yang terakhir suaminya pergi tanpa alasan serta tanpa kata pisah alias minggat.
Sejatinya tidak hanya perempuan sebagai sosok istri dan ibu yang berat menjalaninya, lebih dari itu ada anak. Anak akan kehilangan sosok ayah dalam hidupnya. Bahkan, jika dilakukan dengan cara yang tidak baik berpotensi menimbulkan luka batin dan trauma di hati anak.
Ini menjadi tugas dan tanggung jawab ibu untuk tetap survive dan strong dalam membesarkan serta mendidik anak agar tetap memiliki jiwa yang besar dan masa depan yang baik meski tanpa sosok ayah di sampingnya.
Mudah? Tentu tidak.
Membesarkan anak bersama pasangan saja sulit, apalagi dilakukan seorang diri. Ibu harus menyehatkan mental sebagai single parent dan menjadi tulang punggung keluarga sebagai pencari nafkah.
Ibu juga memiliki kewajiban menyiapkan keperluan anak, meluangkan waktu untuk bermain, serta mendengar cerita dan keluh kesah anak.
Seorang ibu dituntut memikirkan seorang diri dan tidak memiliki teman berdiskusi mengenai parenting, serta harus bisa mengambil keputusan sendiri, mulai dari pola asuh yang diterapkan, tumbuh kembang, pendidikan, mengatur keuangan demi masa depan anak, menjaga dan memantau kesehatan anak, hingga menjalin kedekatan dengan anak.
Tidak lupa, ibu juga harus memiliki telinga yang tebal dan hati sekeras baja dalam menghadapi judgment negatif orang-orang disekelilingnya.
Contents
Single Mom Membesarkan Anak Laki-laki Tanpa Sosok Ayah
Bagi banyak pasangan, anak tidak hanya penerus garis keturunan. Anak juga anugerah dan pelengkap kebahagian dalam rumah tangga.
Namun, bagaimana jadinya jika anak hanya dibesarkan oleh ibu?
Ibu menjadi orang tua tunggal untuk anak laki-laki. Ibu harus bisa menanamkan nilai-nilai yang biasanya ditanamkan figur ayah kepada anak laki-laki. Ibu juga harus bisa menjadi teman bagi anak saat anak laki-laki lain bermain bola dan bermain perang-perangan.
Tanpa sosok ayah, anak laki-laki membutuhkan perhatian dan dukungan ekstra dari ibu, keluarga, dan lingkungan agar tetap tumbuh menjadi laki-laki yang percaya diri dan sehat secara emosional.
Lalu, apa yang harus dilakukan ketika seorang perempuan dengan status single mom membesarkan anak laki-laki?
Yuk, simak ulasan 7 tips single mom dalam membesarkan anak laki-laki.
1. Bicara Jujur Tentang Ayahnya
Ketika anak masih berusia 0 sampai 2 tahun mungkin anak belum mengerti dengan ketidakhadiran sosok ayah dalam hidupnya. Namun, seiring dengan bertambahnya usia, anak akan melihat perbedaan antara dirinya dan teman-teman yang lain tentang sosok ayah.
Ajak anak bicara jujur tentang ayahnya dengan bahasa yang positif dan dengan bahasa yang mudah diterima sesuai usianya.
Jangan berbohong dan menutupi kebenaran karena nantinya akan membuat anak bingung dan marah.
Biarkan anak mengenal ayahnya lewat deskripsi yang baik sehingga anak tumbuh dengan penilaian positif mengenai sosok ayah dan laki-laki pada umumnya. Tentu saja ini akan berpengaruh terhadap pola pikir dan tingkah laku saat dewasa nanti.
Jika sejak kecil anak telah didoktrin dengan hal-hal negatif tentang ayahnya, ini akan memengaruhi perkembangan psikologis dan membuat anak membenci tentang sosok laki-laki dalam hidupnya. Tentunya ini dapat membahayakan masa depan anak.
2. Berikan Anak Role Model Laki-laki yang Baik
Meski tidak memiliki ayah, tapi bukan berarti anak tidak mendapat perhatian, kasih sayang, panutan, dan role model tentang gambaran laki-laki yang baik.
Kenalkan paman, kakek, atau keluarga dekat yang familiar dengannya sebagai contoh. Minta mereka agar ikut terlibat dalam beberapa hal penting dan dalam kegiatan yang bersifat laki-laki agar ada contoh nyata dalam hidupnya yang didapat dari orang terdekat.
3. Menjelaskan dan Membiasakan dengan Semua Hal yang Berhubungan dengan Anak Laki-laki
Membesarkan anak laki-laki sebagai single mom tentu disertai dengan up and down. Bagaimana seorang ibu harus memberi pemahaman jika dia adalah laki-laki dan menjelaskan perbedaan antara perempuan dan laki-laki. Mulai dari fisik, pakaian yang digunakan (boy stuff), permainan, bagaimana memberlakukan seorang wanita, hingga menjadi laki-laki yang mandiri, tangguh, namun tetap penyayang.
Berikan pemahaman dan contoh nyata do and don’t yang bisa dilakukan oleh anak laki-laki. Buatlah anak mengenal banyak hal yang berhubungan dengan dunia laki-laki mulai dari hal yang sederhana. Misal, pakaian anak laki-laki dan permainan anak laki-laki.
4. Mencari Pengasuh untuk Anak
Tidak ada salahnya single mom yang bekerja mencari pengasuh yang dipercaya untuk menjaga anak. Ingat, ibu bukan wonder women yang dapat mengerjakan semuanya sendiri. Demi kewarasan dan kebahagian, sebaiknya ibu mendelegasikan urusan anak, minimal diwaktu siang hari saat bekerja kepada pengasuh. Tentu ini akan meringankan tanggung jawab ibu.
5. Bergabung dengan Komunitas Single Mom atau Single Parents
Anda bukan satu-satunya single mom di dunia ini dan Anda bukanlah orang yang paling menderita. Meski takdir menggariskan Anda menjadi single mom bukan berarti harus meratapi nasib dan terpuruk.
Banyak single mom yang berhasil mengantarkan anak laki-lakinya menjadi laki-laki yang sukses, mapan, dan bertanggung jawab.
Salah satu caranya adalah dengan bergabung dengan komunitas, mulai dari jejaring sosial, milis, dan lainnya.
Ini bisa menjadi wadah untuk bertukar pikiran dan berbagi, serta menjadi booster semangat. Anda akan mendapat teman satu frekuensi dan pengalaman dari komunitas tersebut. Ingat, single mom bukan penyakit dan aib yang harus ditutupi.
6. Memberi Batasan Terhadap Perilaku ‘Nakal’ Bagi Anak Laki-laki
Mengasuh anak laki-laki berbeda dengan anak perempuan. Pada kondisi tertentu anak laki-laki akan berperilaku ‘nakal’, seperti memanjat, berlari, mengejek, hingga berkelahi.
Tanamkan sejak dini dan beri batasan agar anak tidak kebablasan dan terbiasa hingga besar nanti dengan perilaku negatif, termasuk tindakan kasar terhadap anak perempuan. Tegur, nasehati, dan beri hukuman sewajarnya bila perlu. Hal ini akan mengajarkan anak menjadi bertanggungjawab dan menjadi seorang laki-laki sejati.
7. Stop Terlalu Memanjakan Anak
Salah satu kesalahan terbesar yang kerap dilakukan single mom dalam membesarkan anak laki-laki adalah memanjakannya secara berlebihan.
Dengan dalih ‘kasihan dia hidup tanpa sosok ayah’, terkadang ibu lupa bahwa anak tetap harus diberlakukan secara mandiri dan diajarkan tanggung jawab.
Tidak hanya dengan tidak meng-amin-kan semua keinginan, tapi juga untuk hal sederhana seperti membereskan mainan, menyiapkan keperluan sekolah, mengambilkan baju yang akan digunakan, hingga mengambilkan makan dan minum yang notabenenya dapat dilakukan sendiri. Percayalah mom, hal yang dianggap sepele dan remeh ini akan berdampak buruk pada anak.
Didik anak untuk tidak selalu mendapatkan apa yang dia mau serta latih anak untuk bisa bertanggung jawab dengan keperluan dan kebutuhan pribadi agar tidak selalu bergantung pada orang lain.
Kesimpulan
Menjadi Single mom bukanlah hal yang mudah. Meski demikian Womanesia tidak boleh menyerah dalam mendidik anaknya, khususnya anak laki-laki.
Ibu juga tidak perlu khawatir berlebih dengan masa depan dan apa yang akan terjadi ke depan.
Cukup berusaha lebih baik dan berdoa agar selalu diberi kekuatan dalam mendidik anak laki-lakinya, yang kelak akan menjadi seorang imam rumah tangga agar menjadi lebih baik.
Mungkin saat ini para ibu yang menyandang status Single mom akan banyak mengeluarkan air mata dan keringat dibanding perempuan yang memiliki pasangan. Tetapi percayalah, jika apa yang ibu lakukan akan dibayar lunas dikemudian hari.
Tetap berpikir positif dan semoga 7 tips Single mom mendidik anak laki-lakinya di atas bermanfaat, ya, Womanesia.
2 pemikiran pada “Jangan Patah Semangat, Berikut 7 Tips Single Mom Membesarkan Anak Laki-lakinya”